Stop Bereksperimen Coach
Kehadiran pemain baru dengan kualitas sama atau bahkan lebih baik dari yang ada harusnya berbanding lurus dengan prestasi tim pada tiap pertandingan. Namun memang terkadang hal ini butuh waktu apalagi pemain baru datang saat kompetisi sedang bergulir.
Mungkin inilah yang terjadi pada Arema FC saat ini. Tim berjuluk Singo Edan ini kedatangan lima pemain baru pada bursa transfer putaran kedua yaitu Srdjan Ostojic, Hamka Hamzah, Alfin Tuasalamony, Makan Konate dan Sunarto. Tiga diantaranya cukup menarik perhatian publik.
Harapan itu pun mengapung saat Arema langsung tampil trengginas dengan deretan pemain baru saat melawan Sriwijaya FC. Mereka mampu menang telak 3-0 di kandang lawan. Kemenangan ini pun dilalui dengan penampilan yang apik pada sisi permainan. Tapi kita lupa bahwa lawan saat itu sedang dalam kondisi tak sehat sehingga faktor tersebut cukup bepengaruh pada permainan saat pertandingan.
Setelahnya, permainan tim cenderung kehilangan daya magisnya terutama bagaimana cara bertahan yang benar. Memang lini depan masih bisa mencetak gol tapi semua akan percuma jika lini belakang kemasukan gol yang sama atau bahkan lebih banyak. Hal itulah yang terjadi pada lima pertandingan terakhir.
Menang lawan Sriwijaya FC 3-0, Imbang melawan PS Tira 2-2, kemudian kalah dari Mitra Kukar 4-3, bermain imbang dengan Persija 1-1 dan terakhir ditahan imbang Borneo FC 2-2. Lihat saja dari catatan memasukkan tim ini sebenarnya sudah produktif meski tanpa striker asing di lini depan. Bahkan hampir tiap lini mampu menciptakan gol.
Tapi hal ini berbanding terbalik dengan lini pertahanan. Dalam lima laga, tim Singo Edan sudah kebobolan sembilan gol. Terlalu banyak jika kita melihat komposisi lini belakang yang sekarang diisi oleh Arthur Cunha dan Hamka Hamzah. Menariknya saat lini pertahanan ada masalah, pelatih Milan Petrovic mencoba mencari solusi dengan menempatkan pemain yang tak posisi terbaiknya ke posisi yang lain.
Eksperimen pertama dia coba saat melawan Persija dengan menempatkan Hamka Hamzah sebagai striker. Hasilnya, pemain asal Makassar ini juga tak terlalu efektif di lini depan kecuali saat Ahmad Nur Hardianto masuk, peran Hamka lebih terlihat. Eksperimen selanjutnya dengan menempatkan Arthur Cunha sebagai gelandang bertahan. Dan pada babak pertama saat lawan Borneo FC, eksperimen ini gagal karena Arthur tak mampu menjalankan perannya dengan baik.
Jika melihat kenapa eksperimen ini dilakukan terutama setelah pemain baru datang, maka mari kita harus menarik ke tiga laga terakhir Arema. Saat lawan Sriwijaya FC, tim memang menang telak 3-0 namun ini terbantu dengan penampilan super Ostojic saat itu sebab banyak peluang berbahaya yang didapat oleh Sriwijaya FC.
Kemudian saat melawan PS TIRA, duet Arthur Cunha dan Hamka Hamzah mudah sekali ditembus dan diacak acak oleh striker lawan. Bahkan gol terakhir lawan saat injury time tak akan terjadi jika dua stopper ini main dengan konsentrasi tinggi. Kemudian lawan Mitra Kukar, praktis ada masalah di lini belakang karena kita kebobolan lebih banyak.
Setelah hasil pada tiga laga itu, Milan memang ingin mengevaluasi pertahanan tapi dengan mengakomodir Cunha dan Hamka tetap bermain. Hasilnya justru masih tak terlalu memihak pada dirinya. Lantas apa yang harus dilakukan? Pelatih berpaspor Slovenia ini harusnya tak perlu lagi melakukan eksperimen sebab saat ini adalah kompetisi resmi. Jika lengah, maka potensi kembali ke zona degradasi bisa saja terjadi.
Milan hanya perlu memperbaiki penampilan dari Arthur dan Hamka di lini belakang sebab kunci perbaikan hasil yang didapat Arema adalah pada dua pemain ini. Dalam bahasa redaksi, manajemen harus membuat ngopi bareng yang gayeng antara Milan Petrovic, Arthur Cunha dan Hamka Hamzah. Jika ini dilakukan dengan baik serta ada perbaikan pada sisi teknis, maka percayalah Arema FC akan susah untuk dikalahkan bahkan berpotensi meraih hasil kemenangan.
Ayo coach Milan, buktikan bahwa umak pelatih hebat.
Ditulis oleh Muhammad Irfan Anshori (redaksi ongisnade)
540 - 540Shares