Keberhasilan Arema FC Lolos Degradasi Dicurigai Oleh Koordinator SOS, Ada Apa?
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali menyentil klub Liga 1 2018 dalam skandal pengaturan skor. Menurutnya, 18 klub yang ada di kasta tertinggi Liga 1 itu sangat rentan terkena pengaturan skor.
“Semuanya rentan. Permasalahannya bukan hanya Jawa Timur, semua tim Liga 1 ada 18 klub itu rentan dengan masalah match fixing. Ada yang terlibat dengan bandar judi, ada juga yang koneksi dengan orang dalam,” kata Akmal dalam diskusi bertajuk PSSI Harus Baik di Graha Pena, Surabaya.
“Termasuk hal-hal yang terkait dengan orang-orang yang ada di PSSI dalam hal rangkap jabatan. Karena itu ke depan, yang namanya rangkap jabatan pilih saja, mau jadi pengurus klub atau pengurus PSSI. Sehingga kemudian tidak ada konflik interest di dalam terjadinya pertandingan krusial situasi sepak bola,” imbuhnya.
Pernyataan Akmal itu merujuk kepada beberapa pengurus klub yang juga memiliki jabatan dalam strutural PSSI. Seperti misalnya Edy Rahmayadi yang menjabat sebagai Ketum PSSI sekaligus menjadi pemilih saham PT Kinantan Medan yang menaungi PSMS Medan.
Belum lagi ada Iwan Budianto, CEO Arema FC yang juga menjabat sebagai Wakil Ketum PSSI. Lalu ada juga Yoyok Sukawi, CEO PSIS Semarang yang merupakan anggota Exco PSSI.
Akmal kemudian menyoroti fenomenal naiknya Arema FC dan PSIS yang sempat terpuruk di papan bawah pada putaran pertama Liga 1 2018. Di awal kompetisi, kedua klub itu menjadi penghuni zona degradasi selama beberapa pekan.
Namun, Arema dan PSIS kemudian akhirnya bisa selamat dan tidak masuk jerat degradasi. Arema menghuni peringkat enam, sementara PSIS bisa bertengger di peringkat ke-10 klasemen akhir Liga 1 2018.
“Seperti Arema dan PSIS, awal musim di bawah tapi bisa naik. Akhrinya orang menyimpulkan ini bukan kaitannya dengan PSIS dan Arema bangkit dari keterpurukan, tapi karena adanya orang dalam. Untuk hal semacam ini harus dibersihkan. Semua harus sepakat kampanye anti pengaturan skor di Indonesia,” ucap Akmal. (bolacom/mia)
1 - 1Share