Buka Borok Pengaturan Skor, Manajer Metro FC Malang Ini Dapat Ancaman Pembunuhan

Kasus pengaturan skor alias match fixing kembali mencuat dalam sepak bola Indonesia. Kali ini beragam dugaan kasus mulai dibongkar, terutama di Liga 2 dan Liga 3.

Beberapa hari lalu, manajer tim Persekam Metro FC, Bambang Suryo yang merupakan mantan runner pengaturan skor alias match fixing buka suara dalam sebuah acara televisi nasional. Dia ikut membongkar jika masih ada bandar yang berkeliaran bebas dalam sepak bola Indonesia.

Tapi setelah acara tersebut, justru pria yang akrab disapa BS ini dicatut oleh pelatih PS Ngada (Liga 3), Kletus Marselinus Gabhe mengajak untuk menyetorkan uang kepada pejabat PSSI agar timnya bisa lolos ke Liga 2.

“Seperti saya sampaikan sebelumnya. Saya sudah tobat nasional sebagai runner pengaturan skor atau match fixing. Lima tahun saya jadi runner dan uang hasil dari perbuatan seperti itu tidak barokah.

“Sekarang justru saya berusaha dan membentuk tim untuk menanggulangi agar tim sepak bola di Indonesia tidak lagi melakukan pengaturan skor,”

“Buktinya, tim saya Persekam Metro FC kalah dari PS Ngada 0-2 dan kemarin baru kalah dari Persik Kediri 0-6. Artinya saya sudah tidak lagi melakukan pengaturan untuk meloloskan tim,”

“Kalau saya mau kan tentunya tim Persekam selalu menang untuk lolos ke Liga 2 musim depan. Sudah biasa BS disebut orang dalam hal match fixing seperti untuk menjatuhkan saya,”

“Tidak ada bukti transaksi dan segala macam. Sekali lagi saya tidak akan melakukan hal yang bisa memperburuk sepakbola Indonesia. Memang untuk berubah menjadi lebih baik itu banyak halangan dan gangguannya. Khusus PS Ngada, mereka tim yang bagus. Dan layak untuk bersaing lolos ke Liga 2,”

“Yang jelas, tobat menuju jalan yang baik itu memang banyak kendalanya. Justru saya sekarang ingin membuat sepakbola Indonesia lebih baik. Judi itu sudah biasa, tapi jangan sampai masuk lapangan dan ranah sepak bola,”

“Justru saya punya niatan jadi detektif swasta dalam sepak bola untuk mencari klub mana yang masih terlibat dalam match fixing. Tentu dengan cara saya untuk melakukan penelurusannya. Ibaratnya intel dalam kepolisian, kalau mau membongkar tentu harus masuk ke lingkungannya dulu. Setelah itu baru menangkap malingnya,”

“Setelah saya menyebut nama Vigit Waluyo, saya banyak dihubungi orang. Premannya Vigit juga sempat hubungi saya. Mengancam saya akan dikarungi dan segala macam,”

“Saya biasa saja. Justru masih ada level mafia yang tingkatanya di atas Vigit dan bermain mengatur skor di Liga 1. Panggilannya JP. Tapi itu bukan inisial namanya, melainkan panggilannya. Orang bola pasti sudah tahu kok siapa yang dimaksud,”

“Saya sudah tobat sejak 2015. Sekarang ingin mengelola sepakbola di jalur yang benar. Almarhum bapak dan ibu yang jadi faktor pertama saya bertobat. Karena pesan beliau ingin saya menjadi orang yang sembodo (bertanggung jawab),”

“Yang kedua tentu dorongan dari istri dan anak. Supaya nama saya ini lebih baik. Kebetulan sekarang dapat dukungan dari Pak Agusto Ariefianto (Ketum Askab Malang) dan Wibi NZR (pengusaha Malang),” (bolacom/mia)

Bagikan post ini
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Leave a Reply

four − 2 =